Home  |  About Us  |  Sitemap  |  Contact Us

Sabtu, 13 Maret 2010

Di balik Misteri, Mitos dan Legenda: ' ATLANTIS '

STIFORP Indonesia
Fakta atau legenda?

Bagi sebagian besar orang, Atlantis adalah sebuah benua yang hilang, rumah pertama peradaban, tanah terang dan keemasan yang diterbangkan oleh serangkaian puncak kekuatan ledakan. Ia kemudian terbaring lelap di dasar samudra, dengan pucuk-pucuk pegunungannya menjulang dari alas laut. Bagi sebagian orang lagi, Atlantis lebih dipandang sebagai legenda ketimbang fakta.

Catatan Plato Legenda yang berkisah tentang "Atlantis", pertama kali ditemui dalam karangan filsafat Yunani kuno: Dua buah catatan dialog Plato (427-347 SM) yakni: buku Critiasdan Timaeus (360 SM). [Plato tidak pernah menyelesaikan Critias karena alasan yang tidak diketahui]


Lukisan Plato
Atlantis umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas oleh kebanyakan ahli, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli mengatakan bahwa Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun 415-413 SM.


Dua dialog Plato, Timaeus dan Critias, [360 SM] berisi referensi pertama Atlantis.; namun, ahli yang bernama Benjamin Jowett, dan beberapa ahli lain, berpendapat bahwa Plato awalnya merencanakan untuk membuat catatan ketiga yang berjudul Hermocrates. John V. Luce mengasumsikan bahwa Plato — setelah mendeskripsikan asal usul dunia dan manusia dalam Timaeus, dan juga komunitas sempurna Athena kuno dan keberhasilannya dalam mempertahankan diri dari serangan Atlantis dalam Critias — akan membahas strategi peradaban Helenik selama konflik mereka dengan bangsa barbar sebagai subyek diskusi dalam Hermocrates.

Empat tokoh yang muncul dalam kedua catatan tersebut adalah politikus Critias dan Hermocrates dan juga filsuf Socrates dan Timaeus, meskipun hanya Critias yang berbicara mengenai Atlantis.

Walaupun semua tokoh tersebut merupakan tokoh bersejarah (hanya tiga tokoh pertama yang dibawa), catatan tersebut mungkin merupakan karya fiksi Plato. Dalam karya tertulisnya, Plato menggunakan dialog Socrates untuk mendiskusikan posisi yang saling berlawanan dalam hubungan prakiraan.



Terjemahan Latin Timaeus, dibuat pada abad pertengahan.


TimaeusTimaeus dimulai dengan pembukaan, diikuti dengan catatan pembuatan dan struktur alam semesta dan peradaban kuno. Dalam bagian pembukaan, Socrates merenungkan mengenai komunitas yang sempurna, yang dideskripsikan dalam Republic karya Plato, dan berpikir apakah ia dan tamunya dapat mengingat sebuah cerita yang mencontohkan peradaban seperti itu.


Pada buku Timaeus, Plato berkisah:

“ Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam. ”


Critias
Critias menyebut kisah yang diduga sejarah yang akan memberikan contoh sempurna, dan diikuti dengan deskripsi Atlantis.

Dalam catatannya, Athena kuno mewakili "komunitas sempurna" dan Atlantis adalah musuhnya, mewakili ciri sempurna sangat antitesis yang dideskripsikan dalam Republic.

Critias mengklaim bahwa catatannya mengenai Athena kuno dan Atlantis berhaluan dari kunjungan ke Mesir oleh penyair Athena, Solon pada abad ke-6 SM. Di Mesir, Solon bertemu pendeta dari Sais, yang menerjemahkan sejarah Athena kuno dan Atlantis, dicatat pada papiri di heroglif Mesir, menjadi bahasa Yunani. Menurut Plutarch, Solon bertemu dengan "Psenophis Heliopolis, dan Sonchis Saite, yang paling dipelajari dari semua pendeta" (Kehidupan Solon).

Karena jarak 500 tahun lebih antara Plutarch dan peristiwa yang bersifat sebagai alasan atau dalih, dan karena informasi ini tidak ada pada Timaeus dan Critias, identifikasi ini dipertanyakan.


Poseidon karya Bronzino (1503–1572).

Menurut Critias, dewa Helenik membagi wilayah sehingga tiap dewa dapat memiliki; Poseidon mewarisi wilayah pulau Atlantis. Pulau ini lebih besar daripada Libya kuno dan Asia Kecil yang disatukan, tetapi akan tenggelam karena gempa bumi dan menjadi sejumlah lumpur yang tak dapat dilewati, menghalangi perjalanan menyebrang samudra.




Peta Atlantis menurut Athanasius Kircher. Pada peta tersebut, Atlantis terletak di tengah Samudra Atlantik.

Wanita asli Atlantis bernama Cleito (putri dari Evenor dan Leucippe) tinggal disini. Poseidon jatuh cinta padanya, lalu memperistri gadis muda itu dan melahirkan lima pasang anak laki-laki kembar. Poseidon membagi pulau menjadi 10 wilayah yang masing-masing diserahkan pada 10 anak. Anak tertua, Atlas, menjadi raja atas pulau itu dan samudra disekitarnya (disebut Samudra Atlantik untuk menghormati Atlas). Nama "Atlantis" juga berasal dari namanya, yang berari "Pulau Atlas".


Poseidon mengukir gunung tempat kekasihnya tinggal menjadi istana dan menutupnya dengan tiga parit bundar yang lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan terpisah oleh cincin tanah yang besarnya sebanding. Bangsa Atlantis lalu membangun jembatan ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, dibuat gua menuju cincin batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan; mereka membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke kota dijaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap cincin kota. Tembok didirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal dari parit, dan dilapisi oleh kuningan, timah dan orichalcum (perunggu atau kuningan).



Perkiraan Gambar Ibukota Kota Atlantis


Menurut Critias, 9.000 tahun sebelum kelahirannya, perang terjadi antara bangsa yang berada di luar Pilar-pilar Herkules (umumnya diduga Selat Gibraltar), dengan bangsa yang tinggal di dalam Pilar. Bangsa Atlantis menaklukan Libya sampai sejauh Mesir dan benua Eropa sampai sejauh Tyrrhenia, dan menjadikan penduduknya budak.



Pilar Hercules – Selat Gibraltar

Orang Athena memimpin aliansi melawan kekaisaran Atlantis, dan sewaktu aliansi dihancurkan, Athena melawan kekaisaran Atlantis sendiri, membebaskan wilayah yang diduduki. Namun, nantinya, muncul gempa bumi dan banjir besar di Atlantis, dan hanya dalam satu hari satu malam, pulau Atlantis tenggelam dan menghilang.

Pulau Raksasa di Seberang Mediterania Plato, Atlantis tenggelam 9.000 tahun sebelum masanya. Jadi, sekitar 11.600 tahun yang silam. Di dalam Critias dinarasikan, gempa dan banjir yang kejam telah menenggelamkan benua itu hanya dalam sehari semalam. Tetapi, sejak awal ''tesis'' Plato sudah mengutubkan dua kelompok: yang percaya dan yang tidak percaya terhadap ''penemuan'' itu.Aristoteles, bekas murid Plato yang hidup pada 384-322 SM, tercatat sebagai salah seorang pertama yang tidak percaya pada sang guru. Anehnya, dia sendiri menulis tentang sebuah pulau besar di Samudra Atlantik, yang oleh orang-orang Cathaginia disebut ''Antilia''.


Pada abad ke-4 SM, Krantor, murid Plato yang lain, malah mengaku menyaksikan sisa tiang peninggalan Atlantis.Herodotus, ahli sejarah berkebangsaan Yunani yang hidup pada abad ke-5 SM, juga meninggalkan beberapa naskah rujukan yang menyebut keberadaan kota misterius di Samudra Atlantik. Walau tidak secara eksplisit menyebut Atlantis, Herodotus menyebut nama bangsa yang memiliki kesamaan bunyi dengan Atlantis, semisal ''Atarantes'' dan ''Atalantes''.


Pada pertengahan dan akhir abad ke-19, beberapa sarjana Mesoamerika, dimulai dari Charles Etienne Brasseur de Bourbourg, dan termasuk Edward Herbert Thompson dan Augustus Le Plongeon, menyatakan bahwa Atlantis berhubungan dengan peradaban Maya dan Aztek.


Tapi, dari ribuan karya tertulis tentang Atlantis, ada satu yang tak bisa tidak harus disebut dalam setiap perbincangan tentang Atlantis, yaitu buku Atlantis--Myths of the Antediluvian World karya Ignatius Donnelly.


Jika karya Plato, Timaeus dan Critias, memperkenalkan keberadaan Atlantis, buku karya Donnelly yang terbit pada 1882 ini boleh dikata memicu ''gerakan'' pencarian Atlantis.


Donnelly percaya, pada masa lalu di Samudra Atlantik, berseberangan dengan mulut Laut Mediterania, benar-benar pernah terdapat pulau raksasa. Menurut Donnelly, deskripsi Plato tentang pulau ini sama sekali bukan dongeng, melainkan fakta yang bisa dilacak kebenarannya lewat pendekatan keilmuan. Pendekatan inilah yang membedakan buku Donnelly dengan karya tentang Atlantis yang ada sebelumnya.




Menurut Ignatius L. Donnelly dalam bukunya, Atlantis: The Antediluvian World, terdapat hubungan antara Atlantis dan Aztlan (tempat tinggal nenek moyang suku Aztek). Ia mengklaim bahwa suku Aztek menunjuk ke timur Karibia sebagai bekas lokasi Aztlan.

Surga Dunia di Samudra BaratYANG menarik, Donnelly berteori bahwa Atlantis adalah peradaban pertama yang dimiliki umat manusia. Atlantis pula yang merupakan kekuatan kolonial yang mengajarkan peradaban ke seluruh pesisir dan daratan di seputar Atlantik. Tak hanya berhenti di situ, Donelly mengungkapkan, Atlantis pula yang menularkan peradaban ke Mediterania, Kaukasus, Amerika Selatan dan Utara, bahkan hingga Baltik dan Asia Tengah.Maka, sangat wajar jika dalam argumen Donnelly, seluruh mitologi yang dikenal di Mesir serta Peru adalah perwujudan dari agama bangsa Atlantis, yaitu : mengabdi matahari.


Aksara Phoenicia, ibu dari seluruh alfabet bangsa Eropa, juga dipandang Donnelly sebagai keturunan langsung dari aksara yang digunakan penduduk Atlantis.Donnelly juga merujuk pada sebab-sebab alamiah untuk menjelaskan fenomena gempa bumi dan banjir besar yang menenggelamkan Atlantis. Sebagai contoh bahwa tenggelamnya sebuah daratan yang luas pernah terjadi dalam sejarah, Donnelly memadankan gempa bumi yang menenggelamkan sebagian Sisilia dan 2.000 mil persegi daratan di Lembah Indus.Sebagian argumen ilmiah yang dikemukakan Donnelly dalam bukunya terbukti usang, sejalan dengan penemuan ilmu pengetahuan modern. Tapi, preposisi dasar yang dikemukakannya tetap menjadi asas kepercayaan para pencari dan fanatisi Atlantis --kaum yang percaya keberadaan Atlantis. Salah satunya adalah kesamaan legenda tentang sebuah surga di Samudra Atlantis, yang secara bersamaan hidup dalam mitos kuno berbagai bangsa.Mereka yang percaya pada Atlantis memang yakin, jika benua hilang itu benar-benar ada, pastilah kenangan tentangnya hidup di benak bangsa-bangsa di kedua sisi Samudra Atlantik. Ternyata, catatan tertulis dan mitos di berbagai bangsa seolah membenarkan keyakinan ini.


Kaum Welsh, nenek moyang bangsa Inggris, misalnya, selalu menunjuk ''samudra di sebelah barat'' setiap membincangkan surga dunia. Kaum Welsh menyebut surga itu ''Avalon''


Bangsa Babylonia juga menempatkan surga dunia mereka di ''samudra barat'', dan menamakannya ''Aralu''.


Bangsa Mesir kuno menunjuk ''kediaman para jiwa'' di sebuah tempat jauh di barat, di tengah-tengah samudra. Bangsa Mesir menyebut tempat itu dengan berbagai nama: ''Aaru'' atau ''Aalu'', atau ''Amenti''.



Wilayah Atlantis – versi Donnely


Bangsa Mesir mendeskripsikan Atlantis sebagai pulau yang terletak kira-kira 700 kilometer, kebanyakan terdiri dari pegunungan di wilayah utara dan sepanjang pantai, dan melinkungi padang rumput berbentuk bujur di selatan "terbentang dalam satu arah tiga ribu stadia (sekitar 600 km), tetapi di tengah sekitar dua ribu stadia (400 km).
Bangsa Celtic, nenek moyang bangsa Spanyol, dan kaum Basque, juga punya tradisi yang menyebut bahwa kampung halaman mereka ada di samudra sebelah barat.


Bangsa Gauls di Prancis, terutama suku bangsa di sebelah barat, punya legenda bahwa nenek moyang mereka datang mengungsi dari tengah samudra barat, sebagai akibat bencana yang menghancurkan negeri asalnya.Suku-suku kuno di Afrika juga punya cerita dalam tradisi mereka yang menyebut adanya ''benua'' di sebelah barat Afrika. Suku-suku Afrika ini menyebut bangsa penghuni daratan itu sebagai ''Atarantes'' dan ''Atlantioi''.


Sementara pada seberang lain Samudra Atlantik, di Kepulauan Canary, ada suku penghuni gua kuno yang menyebut diri ''Atalaya''. Mereka pun punya mitos tentang tenggelamnya Atlantis.Sementara itu, bangsa-bangsa Arab memiliki legenda tentang kaum ''Ad'' yang musnah dihancurkan banjir yang dikirim Tuhan sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka. Bahkan, menurut Charles Berlitz, para fanatisi Atlantis percaya adanya kemungkinan bahwa Adam (Ad-am) tidaklah merujuk pada manusia pertama, tapi ras pertama.Di Amerika Selatan dan Amerika Utara, mayoritas suku Indian punya legenda yang menceritakan bahwa nenek moyang mereka adalah manusia super yang datang dari arah timur. Bangsa Aztec, misalnya, melestarikan nama ''Aztlan'', negeri asal nenek moyang mereka, sebagai nama suku. Quetzalcoatl, dewa kaum Aztec dan bangsa Meksiko, disebut sebagai laki-laki kulit putih yang penuh cambang.Dewa ini, menurut legenda, datang ke Lembah Meksiko dari tengah samudra untuk mengajarkan peradaban baru. Dalam kitab suci bangsa Quiche Maya, terdapat kisah tentang negeri di timur, tempat nenek moyang kaum Quiche Maya sempat hidup dalam surga ideal ''kala kaum putih dan hitam hidup dalam perdamaian sejati'', sebelum dewa Hurakan (Hurricane) marah dan mengirimkan banjir ke bumi.


Kepercayaan, atau legenda, tentang adanya banjir besar yang memusnahkan peradaban juga menjadi alasan lain yang menyebabkan banyak orang meyakini keberadaan Atlantis. Hampir seluruh peradaban memang memiliki legenda tersendiri tentang banjir besar yang menghancurkan, yang menyisakan sebagian kecil orang yang selamat untuk melanjutkan kehidupan di tempat lain.


Piramida Bertaburan di Amerika Tengah
DALAM bentuk yang sedikit berbeda, legenda semacam ini hidup pada bangsa-bangsa Babylonia, Persia, Mesir, Yunani, Italia, Cina, India, dan hampir seluruh bangsa Asia. Legenda tentang banjir ini bahkan juga hidup di kalangan Indian Amerika. Pada banyak suku Indian, malah hidup legenda bahwa nenek moyang mereka datang dari timur, dengan kapal yang selamat dari banjir besar.


Tapi, tak hanya legenda yang membuat argumen Atlantis sebagai asal peradaban laku dipercaya. Temuan-temuan arkeologis besar sempat membuat teori ''asal tunggal peradaban'' ini makin kuat. Beberapa peradaban kuno ternyata memiliki kemiripan, padahal letak mereka begitu berjauhan. Lihat saja kemiripan antara piramida di Mesir dan piramida-piramida di belahan lain Samudra Atlantik.Temuan arkeologis menunjukkan, betapa Amerika Tengah ternyata penuh dengan piramida. Bangsa Toltec, bangsa Aztec, bangsa Teotihuacan, dan bangsa Maya, semua memiliki piramida. Lalu, siapa yang membangun piramida-piramida itu? Apa hubungannya dengan piramida Mesir yang bentuk serta teknologinya sangat mirip?Bangsa-bangsa yang terpisah jarak begitu jauh ini ternyata memiliki kesamaan begitu besar. ''Di Mesir terdapat piramida, di Meksiko juga ada. Tentu muncul dugaan bahwa kedua jenis piramida itu berasal dari sumber yang sama,'' kata Dr. Ken Feder, arkeolog pada Central Connecticut State University, dalam ''Atlantis Uncovered'', program spesial televisi BBC, yang ditayangkan 28 Oktober 1999.


Tak hanya itu, ilmu pengetahuan juga harus bisa menjelaskan, mengapa beberapa peradaban yang terpisah jauh itu sama-sama menulis dengan hieroglif. Juga menjelaskan, mengapa kebudayaan-kebudayaan itu bisa memiliki pemahaman astronomi dan keagamaan yang begitu mirip. Bagi Ignatius Donnelly dan pengikutnya, yang percaya pada asal-usul tunggal peradaban, jawaban pertanyaan itu jelas belaka. Semua membuktikan bahwa Atlantis memang pernah benar-benar ada. Teori Atlantis ini memang sangat masuk akal. Dan bukan hanya kaum awam yang percaya. Kepada BBC, Dr. Ken Feder menceritakan bahwa setiap tahun, empat dari lima mahasiswa arkeologi di kelasnya percaya bahwa Atlantis kemungkinan besar memang pernah ada.


Catatan kuno lainnya

Selain Timaeus dan Critias, tidak terdapat catatan kuno mengenai Atlantis, yang berarti setiap catatan mengenai Atlantis lainnya berdasarkan dari catatan Plato.


Banyak filsuf kuno menganggap Atlantis sebagai kisah fiksi, termasuk (menurut Strabo) Aristoteles. Namun, terdapat filsuf, ahli geografi dan sejarawan yang percaya akan keberadaan Atlantis. Filsuf Crantor, murid dari murid Plato, Xenocrates, mencoba menemukan bukti keberadaan Atlantis. Karyanya, komentar mengenai Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuno lainnya, Proclus, melaporkan bahwa Crantor berkelana ke Mesir dan menemukan kolom dengan sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heroglif. Plato tidak pernah menyebut kolom tersebut. Menurut filsuf Yunani, Solon melihat kisah Atlantis dalam sumber yang berbeda yang dapat "diambil untuk diberikan".


Bagian lain dari komentar abad ke-5 Proclus mengenai Timaeus memberi deskripsi geografi Atlantis. Menurut mereka, terdapat tujuh pulau di laut tersebut pada saat itu, suci untuk Persephone, dan juga tiga lainnya dengan besar yang sangat besar, salah satunya suci untuk Pluto, lainnya untuk Ammon, dan terakhir di antaranya untuk Poseidon, dengan luas ribuan stadia. Penduduknya—mereka menambah—memelihara ingatan dari nenek moyang mereka mengenai pulau besar Atlantis yang pernah ada dan telah berkuasa terhadap semua pulau di laut Atlantik dan suci untuk Poseidon. Kini, hal tersebut telah ditulis Marcellus dalam Aethiopica".Marcellus masih belum diidentifikasi.




Bukti-bukti Baru Terus Bermunculan

NAMUN, secara umum, para arkeolog ternama kini tetap memandang teori Atlantis sebagai isapan jempol. Semua keraguan itu bermula dari revolusi yang terjadi pada ilmu arkeologi pada 1950-an. Pada dekade itu, ditemukannya teknologi carbon dating boleh dikata telah mengubah secara dramatis cara arkeolog memandang peninggalan masa lalu.Dengan carbon dating, untuk pertama kalinya para arkeolog dan saintis bisa menetapkan usia pasti peninggalan arkeologis dengan menguji unsur kimiawi sampel situs itu. Hasil penelitian carbon dating ternyata menunjukkan bahwa piramida-piramida yang dipisahkan jarak di kedua sisi Samudra Atlantik itu dibangun pada masa yang tak berdekatan.Para arkeolog juga menemukan bahwa piramida Mesir dan piramida Maya dibangun dengan cara dan teknik yang sama sekali berbeda. Adapun soal bentuk? Jawabannya --menurut para arkeolog-- sederhana saja: insinyur-insinyur pada dua peradaban itu belum mengenal teknologi kubah untuk membangun konstruksi ekstra tinggi. Bentuk piramida adalah konstruksi paling sederhana yang mereka kenal.


Jika piramida tak bisa membuktikan kebenaran teori Atlantis Donnelly, bagaimana dengan tulisan hieroglif pada kebudayaan Maya dan Mesir kuno? ''Kalau bisa membaca hieroglif Mesir kuno, apakah Anda bisa membaca sembarang hieroglif Maya? Jawabannya: tidak. Dua kebudayaan tulis itu sama sekali tak punya simbol dan teknik yang sama,'' kata Dr. Ken Feder.


Selama akhir abad ke-19, ide mengenai legenda Atlantis digabungkan dengan cerita-cerita "benua hilang" lainnya, seperti Mu dan Lemuria.

Helena Blavatsky, "Nenek Pergerakan Era Baru", menulis dalam The Secret Doctrine (Doktrin Rahasia), bahwa bangsa Atlantis adalah pahlawan budaya (kontras pada Plato yang mendeskripsikan mereka sebagai masalah militer), dan "Akar Ras" ke-4, yang diteruskan oleh "Ras Arya". Rudolf Steiner menulis evolusi budaya Mu atau Atlantis. Fisikawan terkenal, Edgar Cayce, pertama kali menyebut Atlantis tahun 1923, dan nantinya menjelaskan bahwa lokasi Atlantis berada di Karibia, dan menyatakan bahwa Atlantis adalah peradaban berevolusi tinggi kuno, kini telah tenggelam, yang memiliki kapal dan pesawat tempur menggunakan energi dalam bentuk kristal energi misterius.

Ia juga memprediksi bahwa sebagian dari Atlantis akan naik ke permukaan tahun 1968 atau 1969. Jalan Bimini, yang ditemukan oleh Dr.J Manson Valentine, merupakan formasi batu tenggelam yang terlihat seperti jalan di sebelah utara Kepulauan Bimini Utara. Jalan ini ditemukan pada tahun 1968 dan diklaim sebagai bukti peradaban yang hilang dan kini masih diteliti.


“Bimini Road” terletak di Bimini di kepulauan Bahama dekat pantai Miami, Florida.





IKONOS Satellite image of Bimini showing key areas including Cayce's gold vein


Jalan Bimini itu adalah sejumlah tembok, fondasi, jalan, dan dermaga yang tersembunyi di kedalaman, di sebelah timur Bimini Utara. Temuan itu sekali lagi menyebabkan kontroversi keberadaan Atlantis menjadi pembicaraan ramai. Bagi para saintis penentang teori Atlantis, ''Bimini Road'' tak lebih dari sekumpulan karang dan bebatuan laut biasa.


TAPI, bagi mereka yang percaya, tak mungkin ada bebatuan laut yang membentuk pola-pola sedemikian rapi, dalam skala yang begitu besar. Juga, apakah mungkin ada sekumpulan bebatuan laut yang secara kebetulan memiliki bentuk semacam tiang-tiang besar sejenis di bawah permukaannya? Bagi kaum yang percaya, ditemukannya ''Bimini Road'' adalah kebenaran ramalan Edgar Cayce.Edgar Cayce adalah seorang paranormal asal Virginia, Amerika Seriukat, dan periset fenomena-fenomena supranatural yang meninggal pada 1945. Pada masa hidupnya, Edgar Cayce telah melakukan ratusan wawancara dengan ''alam gaib'' serta amatan spiritual yang membuktikan bahwa Atlantis memang pernah benar-benar ada. Uniknya, pada 1940, Edgar Cayce telah meramalkan penemuan Jalan Bimini oleh Dr. Manson Valentine.




1969 photo of columns at Bimini by Pino Turolla—note the fluted column (top center) and other odd-shaped columns.


''Poseidia akan menjadi bagian Atlantis yang paling awal muncul ke permukaan bumi. Pada 1968 paling terlambat,'' kata Edgar Cayce. Paranormal ini juga telah menyebutkan bahwa Poseidia, bagian paling barat dari Atlantis, akan muncul di dekat Bimini. Menurut Edgar Cayce, bagian yang muncul di kedalaman 18.000 kaki di Bimini adalah titik tertinggi dari benua hilang yang tenggelam itu.


The 400 pound stone anchor recovered at Bimini.


Layaknya sebuah legenda, kebenaran Atlantis boleh jadi akan selalu menjadi misteri. Yang jelas, sebagai legenda, keberadaan Atlantis telah mempengaruhi banyak figur besar dalam sejarah. Menurut Charles Berlitz, dalam The Mystery of Atlantis, Christopher Columbus pun terpengaruh oleh legenda ini. Ia termasuk tergoda mencari ''Antilia'', nama lain Atlantis, sebelum akhirnya menemukan Amerika.Pada akhir abad ke-19, William Gladstone, Perdana Menteri Inggris pada pemerintahan Ratu Victoria, sempat secara resmi meminta parlemen menyiapkan undang-undang yang menjamin penyediaan dana bagi ekspedisi pencarian Atlantis. Namun, permintaan Gladstone itu ditolak sebagian besar anggota parlemen, yang tak bisa mengerti antusiasme perdana menteri ini.Legenda Atlantis ternyata juga merupakan sumber ideologi Nazi. Walau jarang diungkap, kepercayaan Nazi bahwa ras Arya adalah ras paling mulia jelas-jelas didasarkan pada legenda Atlantis. Dalam dokumen-dokumen rahasia Nazi tertulis jelas bahwa Heinrich Himmler, pemimpin SS, satuan elite Nazi, pernah meminta para ilmuwan Jerman untuk membuktikan bahwa ras Arya adalah keturunan langsung dari ras super penghuni Atlantis. Awal tahun '70-an, sekelompok peneliti telah tiba disekitar kepulauan Yasuel, Samudera Atlantik. Mereka telah mengambil inti karang dengan mengebor padakedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip sepertiyang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis? Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviettelah membuat 8 lembar foto yang jika disarikanmembentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia!Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?





Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut "segitiga maut" laut Bermuda.Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaansamudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar lubang.



Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapatpiramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?



Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut "segitiga maut". Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan: "Mutlak percaya, yang kami temukan adalah Benua Atlantik! Sama persis seperti yang dilukiskan Plato!" Benarkah itu? Yang disayangkan, piramida dasar laut segitiga Bermuda, berhasil diselidiki dari atas permukaan laut dengan menggunakan instrumen canggih, hingga kini belum ada seorang pun ilmuwan dapat memastikan apakah sebuah bangunan yang benar-benar dibangun oleh tenaga manusia, sebab mungkin saja sebuah puncak gunung bawah air yang berbentuk limas. Foto peninggalan bangunan kuno di dasar laut yang diambil tim ekspedisi Rusia, juga tidak dapat membuktikan di sana adalah bekas tempat kerajaan Atlantis. Setelah itu ada tim ekspedisi menyelam ke dasar samudera jalan batu di dasar lautan AtlantikPulau Bimini, mengambil sampel "jalan batu" dan dilakukan penelitian laboratorium serta dianalisa. Hasilnya menunjukkan, bahwa jalan batu ini umurnyabelum mencapai 10.000 tahun. Jika jalan ini dibuat oleh bangsa kerajaan Atlantis, setidak-tidaknya tidak kurang dari 10.000 tahun. Mengenai foto yangditunjukkan kedua kelasi Norwegia itu, hingga kini pun tidak dapat membuktikan apa-apa. Satu-satunya kesimpulan tepat yang dapat diperolehadalah benar ada sebuah daratan yang karam di dasarlaut Atlantik. Jika memang benar di atas laut Atlantikpernah ada kerajaan Atlantis, dan kerajaan Atlantismemang benar tenggelam di dasar laut Atlantik, maka didasar laut Atlantik pasti dapat ditemukanbekas-bekasnya. Hingga hari ini, kerajaan Atlantistetap merupakan sebuah misteri sepanjang masa.

Ide Nasionalis
Konsep Atlantis menarik berhatian teoris Nazi. Pada tahun 1938, Heinrich Himmler mengorganisir pencarian di Tibet untuk menemukan sisa bangsa Atlantis putih. Menurut Julius Evola (Revolt Against the Modern World, 1934), bangsa Atlantis adalah manusia super (Übermensch) Hyperborea—Nordik yang berasal dari Kutub Utara (lihat Thule). Alfred Rosenberg (The Myth of the Twentieth Century, 1930) juga berbicara mengenai kepala ras "Nordik-Atlantis" atau "Arya-Nordik".

Hipotesa terkini

Dengan teori continental drift secara luas diterima selama tahun 1960-an, kebanyakan teori "Benua Hilang" Atlantis mulai menyusut popularitasnya. Beberapa teoris terkini mengusulkan bahwa elemen cerita Plato berasal dari mitologi awal.

Hipotesa lokasi

Sejak Donnelly, terdapat lusinan - bahkan ratusan - usulan lokasi Atlantis. Beberapa hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang relevan), tetapi tidak ada yang berhasil dibuktikan sebagai kisah sejarah Atlantis yang sesungguhnya.


Kebanyakan lokasi yang diusulkan berada atau di sekitar Laut Tengah. Pulau seperti Sardinia, Kreta dan Santorini, Sisilia, Siprus dan Malta; kota seperti Troya, Tartessos, dan Tantalus (di provinsi Manisa), Turki; dan Israel-Sinai atau Kanaan. Letusan Thera besar pada abad ke-17 atau ke-16 SM menyebabkan tsunami besar yang diduga para ahli menghancurkan peradaban Minoa di sekitar pulau Kreta yang semakin meningkatkan kepercayaan bahwa bencana ini mungkin merupakan bencana yang menghancurkan Atlantis. Terdapat wilayah di Laut Hitam yang diusulkan sebagai lokasi Atlantis: Bosporus dan Ancomah (tempat legendaris di dekat Trabzon). Sekitar Laut Azov diusulkan sebagai lokasi lainnya tahun 2003.


A. G. Galanopoulos menyatakan bahwa skala waktu telah berubah akibat kesalahan penerjemahan, kemungkinan kesalahan penerjemahan bahasa Mesir ke Yunani; kesalahan yang sama akan mengurangi besar Kerajaan Atlantis Plato menjadi sebesar pulau Kreta, yang meninggalkan kota dengan ukuran kawah Thera. 900 tahun sebelum Solon merupakan abad ke-15 SM.


Beberapa hipotesis menyatakan Atlantis berada pada pulau yang telah tenggelam di Eropa Utara, termasuk Swedia (oleh Olof Rudbeck di Atland, 1672–1702), atau di Laut Utara. Beberapa telah mengusulkan Al-Andalus atau Irlandia sebagai lokasi. Kepulauan Canary juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, sebelah barat selat Gibraltar tetapi dekat dengan Laut Tengah. Berbagai kepulauan di Atlantik juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, terutama Kepulauan Azores. Pulau Spartel yang telah tenggelam di selat Gibraltar juga telah diusulkan.


Antarktika, dibawah Segitiga Bermuda, dan Laut Karibia telah diusulkan sebagai lokasi Atlantis. Wilayah di Samudra Pasifik dan Hindia juga telah diusulkan, termasuk Indonesia, Malaysia atau keduanya (Sundaland), dan kisah benua "Kumari Kandam" yang hilang di India telah menarik pararel terhadap Atlantis. Begitu pula dengan monumen Yonaguni di Jepang. Bahkan Kuba dan Bahama juga telah diusulkan.

0 komentar:

Posting Komentar