Kenyataannya, ada gaya lain selain gravitasi yang juga mempengaruhi kelahiran bintang. Setidaknya itulah yang jadi hasil penelitian terbaru dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics. Penelitian ini menunjukkan keberadaan medan magnet kosmik memainkan peran yang lebih penting dalam pembentukan bintang.
Dalam proses pembentukan bintang, awan molekular merupakan awan gas yang bertindak sebagai ruang kelahiran bintang. Ketika awan molekul ini runtuh, hanya sebagian kecil dari materi di awan tersebut yang membentuk bintang. Mengapa hal ini terjadi? Para peneliti pun belum mendapatkan jawabannya.
Dalam pembentukan bintang, gravitasi menyokong prosesnya dengan menarik seluruh materi menjadi satu, untuk itu harus ada gaya tambahan yang menghalangi proses tersebut. Medan magnetik dan turbulensi menjadi dua kandidat utama. Medan magetik ini diproduksi oleh muatan listrik yang bergerak. Bintang dan sebagian besar planet (termasuk Bumi), menunjukkan keberadaan medan magnet tersebut. Saluran medan magnet dalam pembentukan bintang akan mengalirkan gas dan membuatnya jadi lebih sulit untuk menarik gas dari semua arah, sementara turbulensi mengendalikan gas dan menyebabkan tekanan kearah luar yang menentang gravitasi. Hua-bai Lo dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics menyatakan kalau debat mengenai medan magnet versus turbulensi ini sudah cukuplama terjadi. Namun bukti akan keberadaannya baru ditemukan oleh mereka lewat pengamatan.
Li dan timnya mempelajari 25 potongan rapat atau inti awan yang masing-masing berukuran satu tahun cahaya. Inti ini bertindak sebagai benih dari bintang yang akan dibentuk, berada di dalam awan molekul pada jarak 6500 tahun cahaya dari Bumi.
Para peneliti ini mempelajari cahaya yang terpolarisasi yang memiliki komponen listrik dan magnetik yang sudah sejajar pada arah tertentu. Cara kerja polarisasi bisa ditemukan pada beberapa kacamata matahari yang menghalangi cahaya dengan polarisasi terntentu. Nah pada kasus pengamatan ini, dari polarisasi kemudian dilakukan pengukuran medan magnetik pada setiap inti awan dan dibandingkan dengan medan di sekelilingnya, yakni nebula yang renggang.
Medan magnetik cenderung membentuk barisan pada arah yang sama, meskipun skala ukurannya relatif ( inti yang 1 tahun cahaya vs nbula 1000 tahun cahaya) dan kerapatan yang berbeda berdasarkan skala magnitud. Turbulensi di sini pun cenderung mengaduk nebula dan mengacaukan arah medan magnetik. Hasilnya, medan magnetik mendominasi turbulensi dalam mempengaruhi kelahiran bintang.
Pengamatan tersebut menunjukan inti awan molekul yang berada dekat satu sama lain, terhubung bukan hanya oleh gravitasi namun juga oleh medan magnetik. Dengan demikian pemodelan yang dilakukan untuk pembentukan bintang harus menyertakan medan magnetik yang kuat.
Lebih luas lagi, penemuan ini tak hanya memberi informasi tentang pembentukan bintang namun juga memiliki kaitan dengan keberadaan alam semesta yang kita lihat saat ini.
Sumber : Langetselatan.com
0 komentar:
Posting Komentar